Terbaru · Info · Kebahagiaan · Destinasi · Penginapan · Berita · Opiniku · Wisataku · Kendaraan · Wisata Religi · Privacy Policy · Daftar isi · Tentang Kami ·

Sebahagia Apapun Kehidupan di Dunia ini Pasti Ada Gangguan dan Dampak Negatifnya, Surga Adalah Tempat Istirahat untuk Bahagia Abadi

 Dolanku.com - Umat beragama yang memiliki keimanan tentang gambaran isi surga secara tepat dan mengenali Tuhan dengan benar dapat berpeluang besar menjalani kehidupan dalam keadaan mayoritasnya berbahagia. Kendati, walau terkadang terdapat rasa kecewa serta gangguan suasana hati, nyatanya hal itu tidak berlangsung lama. Dengan cepat keimanan yang kuat dapat menghantarkannya kembali pada Tuhan sehingga memperoleh lagi kebahagiaan hakiki.

Boleh dibilang, sebuah keimanan pada surga merupakan anugerah yang tak boleh disepelekan. Sebab, apapun dalihnya suatu kepercayaan yang menyangkut kehidupan abadi sesudah mati dapat mendorong individu berusaha mampu mengendalikan diri sekaligus menciptakan ketenangan diri. Yakni, mengontrol diri untuk tidak terlalu sering maupun terlalu besar dalam berbuat dosa. Di sisi lain, juga mengharapkan bisa masuk surga yang dijanjikan oleh-Nya.

Baca juga: 3 Alasan Logis Kenapa Surga dan Neraka harus Ada, Tanpa Perlu Membaca Ayat-ayat Kitab Suci

Bagaimana tidak tenang? Orang beriman sangat yakin betul bahwa Tuhan Yang Maha Adil pasti memberi balasan setiap perbuatan manusia apapun jenisnya. Pada akhirnya, nanti mereka ada yang masuk surga dan terdapat pula yang masuk neraka. Setidaknya, menurut kepercayaan Muslim terdapat golongan yang akibat dosanya lebih besar ketimbang pahala mengakibatkan ia harus masuk neraka dulu guna diazab baru setelah itu dimasukkan surga.

Bayangkan, tatkala seseorang punya uang berlimpah dan tak punya tanggung jawab serta kewajiban apapun kemudian memutuskan di sisa hidupnya hanya dipakai untuk jalan-jalan berwisata ke seluruh penjuru dunia, apakah menjamin kelezatan dan kenikmatan duniawi itu bisa terus memanjakan? Mungkin beberapa bulan masih bisa merasakan enaknya. Namun, pada akhirnya rasa bosan akan menghampiri.

Akhirnya, penasaran untuk mencoba menempuh jalan bahagia dengan langkah berbeda. Misalnya main perempuan, narkoba, mabuk-mabukan, berjudi, dan masih banyak lagi contohnya. Kecuali, di kala di sela jalan-jalan tersebut ternyata diselingi dengan aktivitas lain. Sebut saja seperti menjadi sukarelawan, aktif bersedekah di masyarakat, mengikuti majelis taklim di luar kota, hingga hidup "mengasing" di daerah yang jauh dari keramaian manusia.

Singkat kata, kebahagian di dunia merupakan kepalsuan belaka. Tak lebih dari sekadar senda gurau dan permainan yang dapat melalaikan. Kehidupan dunia nikmat dan senangnya hanya tipuan semata yang menyebabkan terperdaya. Sebaliknya, kebahagiaan di surga bersifat mutlak alias absolut sehingga tidak ada cela maupun hal-hal lain yang bersifat merugikan fisik maupun batin.

Renungkanlah, ketika hidup abadi (yang tidak hanya jutaan atau miliaran tahun melainkan selama-lamanya tanpa akhir) di surga nyatanya bahagianya memiliki keterbatasan persis seperti di dunia? Tentu pada akhirnya sebuah keabadian itu bukan malah bikin senang, melainkan nyatanya membuat sengsara tiada henti. Dengan kata lain, jika ada orang yang hidup abadi di alam dunia ini maka dipastikan mereka akan tersiksa menjalaninya.

Lebih lanjut, di dunia ini boleh saja makan maupun minum enak dan berjumlah banyak, tetapi dampak negatifnya yaitu harus mengeluarkan kotoran dan keringat yang baunya tak enak. Di kehidupan dunia ini boleh saja mampu memiliki mobil mahal atau barang-barang mewah lain, tetapi ada saja gangguan yang dialami. Terutama berupa ulah usil dari orang-orang yang iri atau dengki. Intinya, sebahagia apapun di dunia pasti ada gangguan dan efek buruknya.

Kesimpulannya, seberapa banyak (kuantitas) dan seberapa nikmat (kualitas) suatu kebahagiaan, saat masih berada di dunia pasti tidaklah sanggup sempurna layaknya kelak di surga. Justru, semakin berambisi mengejar kesenangan dunia bertambah membuat hati tersiksa. Dengan kata lain, ketika ingin memperoleh bahagia di dunia mesti siap berkorban dan berjuang. Minimal harus menyiapkan diri menerima "reduksi" (sampah, penyakit, sisa, atau bekas) akibat dari perbuatan senang-senangnya. (Dolanku/10/06/24).

Ilustrasi kehidupan dunia yang sementara (Sumber gambar Pixabay.com/ drfuenteshernandez)






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sebahagia Apapun Kehidupan di Dunia ini Pasti Ada Gangguan dan Dampak Negatifnya, Surga Adalah Tempat Istirahat untuk Bahagia Abadi"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com