Untuk mencapai kebahagiaan, salah satu hal terpenting yang harus diperoleh dalam kehidupan ini adalah terbebas dari suatu penindasan. Asumsinya, buat apa bisa jalan-jalan berwisata dan untuk apa mempunyai harta melimpah ruah kalau nyatanya jiwa maupun raga sejatinya masih menjadi budak dari entitas yang sulit ditaklukkan?
Bayangkan saja, punya mobil mewah dan mampu melewati jalan tol kapan saja tanpa khawatir uang habis, tetapi nyatanya suasana hati mengalami gejolak parah. Di mana, orang lain yang melihatnya boleh jadi menanggap mengalami hidup bahagia. Namun, faktanya di dalam hatinya tak ada rasa syukur sehingga tersimpan ambisi menggebu-gebu.
Berikut ini 3 jenis penindasan yang dapat bikin hati tidak bahagia dalam menjalani kehidupan:
1. Menjadi Budak Hawa Nafsu Pribadi
Barangsiapa mampu mengendalikan nafsu pribadi, sesungguhnya dia telah menempuh separuh jalan menuju kebahagiaan. Pernyataan tersebut bukanlah omong kosong. Sebab, hawa nafsu yang gagal dikendalikan dapat menyebabkan kerusakan bagi diri sendiri maupun orang lain. Bahkan, dapat menyebabkan bencana alam karena pencemaran lingkungan dan penggundulan hutan.
Manusia yang serakah alias rakus tak akan pernah merasa puas tatkala sudah menggapai apa-apa yang diinginkan. Barangkali mereka telah memperoleh kelezatan atau kenikmatan dalam hidup. Akan tetapi, di dalam lubuk hati paling dasar enggak merasa bahagia. Parahnya, ketika mengalami kegagalan membuatnya depresi parah yang berujung semakin brutal dalam berulah.
2. Menjadi Budak Manusia Lain
Individu yang termakan, terpancing, terpengaruh, atau ikut-ikutan dengan gaya hidup orang lain hakikatnya dia telah menjadi budak manusia lain. Bagaimana tidak pantas disebut budak, kehidupannya disetir atau ditentukan oleh insan lainnya. Walau mungkin orang lain tanpa ada kesengajaan ingin "mengarahkan" gaya hidup siapapun, nyatanya ada pihak tertentu yang justru bangga menjadi budaknya.
Lebih lanjut, orang yang nge-fans atau menjadi idola dari kalangan populer di televisi maupun media sosial dapat disebut sebagai budak. Dia telah tergila-gila dan fanatik pada sosok yang dianggap sempurna. Akibatnya, tak menyadari seluruh gerak hidupnya terpengaruh dan tersandera untuk selalu mengikuti berita terbaru terkait idolanya.
3. Menjadi Budak Setan atau Iblis
Bisikan setan atau iblis memang nyata adanya. Maksudnya, di luar ambisi pribadi maupun pengaruh dari manusia lain, nyatanya setan atau iblis ikut berperan dalam merubah sifat manusia. Awalnya, di masa anak-anak jiwanya sangat bersih dan suci. Namun, lambat laun karena pola asuh orang tua serta pergaulan di luar rumah yang ditambahi dengan hasutan setan menjadikan mereka sudah tak polos lagi.
[DolanKu/29/05/24]
|
Ilustrasi terbebas dari perbudakan (Sumber Pixabay.com/ StarGladeVintage) |
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Menempuh Jalan Bahagia di Kehidupan dengan Cara Membebaskan Diri dari 3 Macam Penindasan Berikut ini"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com