Ada sebuah pernyataan "Dirimu adalah apa-apa yang kamu makan." Ungkapan tersebut sejatinya bukan cuma menyangkut tubuh/badan yang bobotnya berubah menjadi bertambah atau tidak, maupun kesehatannya yang mudah sakit-sakitan atau enggak. Lebih dari itu, sebenarnya makanan yang kita makan bakal berakibat juga terhadap kondisi kesehatan jiwa alias kesejahteraan mental orang yang memakannya. Intinya, kalau ingin hidup tetap stabil dalam kondisi bahagia sebaiknya perhatikan pula makanan yang hendak dikonsumsi.
Perlu diketahui, kandungan nutrisi yang ada di dalam panganan dapat meningkatkan produksi hormon "kebahagiaan" (terutama dopamin dan serotonin) menjadi mengalir deras sehingga muncul perasaan bahagia. Senyawa tersebut dapat mengatur suasana hati, semangat (motivasi), perhatian, meningkatkan kualitas tidur, hingga penghargaan emosional. Boleh dikatakan bahwa makanan yang masuk ke dalam mulut dapat berperan dalam masalah kejiwaan. Dengan kata lain, bisa disebut "Apa yang kamu masukkan ke mulut mempengaruhi terhadap apa yang bakal kamu keluarkan dari kepala (otak)."
Baca juga: 4 Senyawa Kebahagiaan di Tubuh dan Cara Mendapatkannya
Lebih lanjut, terdapat hubungan unik antara otak dengan sistem pencernaan. Di mana, ketika kondisi otak sedang prima (rileks, nyaman, dan terkendali) dapat berpengaruh terhadap kualitas sistem pencernaan. Begitu pula, kondisi pencernaan yang terjamin sehat (terutama mikroorganisme baik yang dibutuhkan di dalamnya jumlahnya mencukupi) sanggup mempengaruhi terhadap suasana hati yang bagus, perilaku terkontrol, serta kinerja otak yang terfokus. Dengan demikian, kondisi usus yang normal (tidak tercemari atau terbebani oleh makanan "sampah") dapat berefek baik juga bagi psikis.
Pendek kata "Jika usus kita bahagia maka otak kita akan jauh lebih berbahagia." Nahasnya, sejumlah kasus yang terjadi berupa sudah mengalami stres ataupun depresi, tetapi ternyata tidak peduli terhadap bagaimana komposisi asupan yang dimakan. Begitu semangat memakan hidangan sembarangan seperti gorengan (jajanan beminyak), makanan cepat saji, minuman berpemanis buatan, kuliner berpengawet kimia buatan, hingga daging olahan (sosis, daging asap, daging panggang, daging kaleng, dan lain-lain). Hal itu diibaratkan memadamkan api menggunakan bahan bakar kendaraan.
Sebelum Menyesal di Hari Tua, Mulailah Kontrol Asupan Makanan Sedari Sekarang Agar Mudah Memperoleh Bahagia
Jagalah pola makan sedari dini layaknya seperti orang yang sudah berusia sepuh yang dalam mengonsumsi makanan sehari-hari juga tidak sembarangan. Mereka menjadi anti dan menolak berbagai makanan tertentu, baik itu secara seluruhnya maupun sebagian berbahan kimiawi produk pabrik. Sadarilah hal tersebut sejak awal, sebelum benar-benar menjadi manula (manusia lanjut usia), untuk segera memutuskan menjaga kandungan santapan agar di usia sepuh nanti tidak sakit-sakitan serta fungsi otak tetap terjaga kualitasnya.
Perlu ditekankan kembali bahwa pentingnya memperhatikan kandungan makanan beserta memilih makanan yang tepat sangat berhubungan dengan kesehatan mental yang stabil, reaksi psikologis (perilaku) yang terkendali, suasana hati yang baik, hubungan kasih sayang sesama makhluk, mencegah diri dari tindak kekerasan, terhindar dari perasaan ingin bunuh diri, sampai mencegah tindak kriminal. Jadi, bukan hanya halal tetapi juga thoyib (berkualitas baik).
Alhasil, timbul sebuah dugaan tentang banyaknya gangguan kejiwaan dan tindak kejahatan di zaman modern sekarang ini salah satunya diakibatkan oleh pola makan yang salah. Bahkan, kasus konflik rumah tangga ataupun perceraian bisa dikaitkan berhubungan dengan makanan. Artinya, cegah diri untuk menyepelakan terkait urusan perut. Salah dalam memasukkan sesuatu ke dalam mulut dapat berakibat konflik batin maupun konflik fisik/kekerasan.
|
Ilustrasi proses pembuatan makanan berbahan kimia buatan (sumber pixabay.com/ chaiyananuwatmongkolchai) |
Beberapa makanan yang amat dianjurkan untuk dihindari atau setidaknya dikurangi dalam jumlah besar meliputi yang bercirikan memakai bahan pemanis buatan, pewarna buatan, pengawet buatan, perasa buatan, hingga bahan perasa kuat (garam berlebihan dan gula berlebihan). Termasuk pula, daging dari semua hewan yang dipelihara bukan mengunakan pakan alami. Tak ketinggalan, produk-produk pertanian yang memakai bahan kimia buatan tanpa kontrol.
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kenapa Makanan Berbahan Kimia Buatan Bikin Otak Susah Diajak untuk Bahagia?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com