Pernah melihat sopir bus memakai helm full face (helm menutup seluruh wajah) mengendarai bus yang hanya berupa sasis alias tanpa bodi yang menutupi sama sekali? Hal itu dilakukan agar biaya pengiriman bus tanpa bodi jauh lebih murah dan aman daripada "digendong" truk besar. Bagi yang tidak tahu, mungkin bakal mengira bahwa kendaraan yang dibawa oleh sopir yang kondisinya seperti itu merupakan unit yang rusak akibat setelah mengalami kecelakaan. Bahkan, mungkin pula menganggap itu adalah truk yang 100% gundul sehingga kepala pun tak ada.
Nyatanya, penerapan jual-beli bus antara sasis dengan bodi yang terpisah seperti di atas merupakan strategi bisnis yang saling menguntungkan. Mesin dan sasis yang diimpor dari luar negeri sengaja dipisah agar memudahkan pengekspor luar negeri dalam mengirimkan unit bus tanpa bodi. Di mana, menjual dengan wujud "telanjang" saja sudah mendapat untung besar. Lagi pula, bodi rakitan luar negeri belum tentu cocok/sesuai dengan gaya dan selera masyarakat Indonesia.
Baca juga: Alasan Sopir Bus Tempat Duduknya Dipisah dengan Penumpang saat Mampir di Rumah Makan Maupun Pusat Oleh-oleh
Kalau tetap memaksa impor bus utuh yang sudah siap pakai, tentulah keuntungan penjual di luar negeri sana akan sangat besar. Harganya pun bisa jauh lebih tinggi ketimbang bodi bus dirakit di Indonesia. Alasannya, eksportir bus tersebut mengimpor bahan baku besi baja yang barangkali berasal dari industri tambang Indonesia. Artinya, bahan-bahan body bus harganya jauh lebih murah didapatkan di Indonesia daripada di luar negeri. Namun, masalah mutu material bodi bus tidak boleh dianggap remeh. Justru lebih unggul.
Alhasil, bodi bus yang dibuat di dalam negeri jatuhnya harga lebih terjangkau. Kelebihan lainnya, tatkala bagian bodi maupun asesoris di dalam bus mengalami rusak atau perawatan berkala tidak perlu membutuhkan tenaga ahli dari luar negeri. Cukup digarap oleh pabrik karoseri yang telah merancang dan memasang bodi bus. Nyatanya, kualitas garapan sejumlah karoseri lokal tidaklah boleh disepelekan. Mereka sudah banyak pengalaman dan telah melakukan inovasi dalam perakitan bodi kendaraan.
Info penting berikutnya, ternyata pemerintah Indonesia sendiri juga membuat aturan demi mencegah terjadinya monopoli usaha. Lebih detail, merk mesin dan sasis itu turut serta menguasai pasar karena bisa menjual unit bus secara utuh. Dengan kata lain, mereka bakal membuka dealer khusus merk-merk bus tertentu yang sudah full body dan siap pakai. Artinya, dari hulu ke hilir dikuasai oleh merk-merk luar negeri. Kalau begitu yang terjadi, pengusaha lokal cuma gigit jari.
Belum lagi terdapat bisnis lain yang ikut serta "membangun" bus sehingga layak pakai seperti jok atau kursi, kaca, asesoris, karpet, sound system, pemasok baja, fasilitas ekstra, dan masih banyak lagi. Intinya, jika Indonesia belum bisa membuat mesin dan sasis bus maka setidaknya untuk urusan selain itu seharusnya mampu diatasi oleh perusahaan lokal. Jadi, dengan begitu kita enggak sepenuhnya bergantung tanpa ada upaya secara mandiri.
Itulah informasi singkat dari kami. Semoga bermanfaat.
|
Bus tanpa bodi hanya sasis dan mesin (sumber gambar di sini) |
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kenapa Impor Bus dari Luar Negeri Hanya Berupa Sasis atau Tanpa Bodi?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com