Bagi pengguna bus pariwisata maupun bus umum jarak jauh (AKAP atau antar kota antar propinsi) kerap menjumpai terkait personel armada bus yang meliputi sopir, kondektur, dan kenek bakal terpisah menjauhi para penumpang. Fenomena itu bukan hanya saat di titik jemput, terminal, dan lokasi tujuan. Bahkan, di tengah perjalanan pun sama saja. Baik itu tatkala di rest area, rumah makan, ataupun pusat oleh-oleh.
Perlu di ketahui saja, perilaku menjaga jarak di atas merupakan pilihan terbaik bagi semuanya. Tentunya, bagi para penumpang tertentu yang ingin merasa eksklusif dan dispesialkan begitu enggan untuk disamakan/disejajarkan dengan para awak bus. Alhasil, pengguna bus itu jauh lebih nyaman ketika antara penumpang dengan pekerja transportasi darat tersebut dibedakan/dipisahkan tempat duduknya kala di tempat umum.
Di sisi lain, para personil armada bus itu merasa lebih nyaman menyendiri agar bisa mengobrol dengan leluasa antara sesama mereka. Lagi pula, umumnya mereka merupakan perokok aktif. Tentu, mereka tidak ingin membuat asap rokok yang mengebul mengganggu para pelanggan bus. Lebih dari itu, tema obrolan "rahasia" mereka terutama tentang performa unit kendaraan dan jalur yang akan dilalui tak boleh bocor.
Nyatanya, justru banyak ditemukan fakta posisi sopir berserta kernet tatkala di pujasera, rumah makan, atau pusat oleh-oleh telah berada dalam ruangan khusus yang jauh lebih memanjakkan. Misal, ber-AC dan kedap suara. Artinya, malah awak bus yang mendapatkan pelayanan ekstra spesial dari pihak pengelola bisnis tersebut. Adapun penumpang bus sekadar dijadikan sebagai sumber penghasilan. Terlebih lagi, ketika penumpang banyak membeli dagangannya makin besar bonus sopir dan keneknya.
Dengan demikian, antara awak bus dengan rumah makan maupun pusat oleh-oleh telah mengadakan kerja sama tak tertulis. Bahkan, demi terjalinnya timbal-balik secara adil dan suportif terkadang ada CCTV. Nah, di ruangan tertentu itulah awak bus dan pengelola bisnis mengintip bersama untuk mengetahui secara pasti seberapa banyak tingkat pembelian penumpang. Di mana, setelah itu diadakan hitung-hitungan sebelum mereka kembali ke bus.
Jika ternyata jumlah pembelian sedikit (tidak laris) maka si sopir dan kernet hanya mendapat makanan dan minuman gratis. Kadang cuma kopi dan cemilan. Kalau sebaliknya, diimbuhi uang saku. Oleh sebab itu, janganlah heran saat sopir bus begitu ngeyel dan semangat membawa para penumpangnya menuju lokasi tertentu. Di balik rekomendasi mereka, sesungguhnya ada trik tersendiri yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu.
Itulah informasi sederhana dari kami. Semoga bermanfaat.
|
Ilustrasi bus pariwisata (sumber Pixabay.com/ Clker-Free-Vector-Images) |
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Alasan Sopir Bus Tempat Duduknya Dipisah dengan Penumpang saat Mampir di Rumah Makan Maupun Pusat Oleh-oleh"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com