Dolanku.com - Popularitas alias ketenaran menjadi dambaan ataupun ambisi bagi sebagian manusia. Hal tersebut sama halnya dengan keinginan menggembu terhadap memiliki harta banyak, jabatan tinggi, dan pengaruh/hegemoni kuat terhadap masyarakat. Tentu, termasuk pula ketenaran yang dihasilkan dari aktivitas pamer foto dan video saat berwisata merupakan bagian dari hal yang tak kalah bikin menggoda.
Buat apa ketenaran kalau nyatanya tak bikin bahagia? Justru sebaliknya, perilaku pamer sejatinya bikin ketagihan. Di mana, baru tercapai rasa "puas diri" tatkala mampu pamer terus-menerus tanpa putus. Akibatnya, di kala sudah tak sanggup lagi untuk mempertontonkan sesuatu yang dapat ditunjukkan berujung membuat hati jadi galau, malu, resah, dan mental terjatuh.
Kepopuleran sungguh tidak enak. Selain terganggu lantaran kerap dihubungi secara langsung (misal bertanya-tanya terkait lokasi wisata) maupun lewat medsos oleh para fans dadakan, juga tentunya kadang ada rasa takut ketika tiba-tiba ketenaran yang dimiliki sudah mulia memudar. Apalagi, capaian tersebut berasal dari hasil kegiatan wisata yang bakal berakibat jauh lebih bikin menderita.
Bayangkan saja, sudah semestinya berwisata merupakan bagian kegiatan privasi. Ketika diumbar kadang malah menyebabkan terbukanya aib pribadi. Artinya, cukup dinikmati sendiri tanpa perlu "syarat" harus diketahui publik. Andai pun diperlihatkan cukup sekadar kulit saja. Sedangkan, kegiatan intinya disembunyikan rapat-rapat. Cuma diri sendiri beserta keluarga yang tahu bagaimana indahnya menghibur hati yang sedang penat.
Tidak harus unjuk diri pada orang lain, terutama di medsos, karena ingin diketahui telah bisa melakukan perjalanan wisata yang jauh serta mewah. Jadi, sebenarnya rekreasi yang dilakukan itu hanya untuk menyaingi/mendingi orang lain atau memang benar-benar ingin membahagiakan diri? Kalau memang untuk kebahagiaan, tak perlu ada "syarat" tambahan yaitu harus pamer foto dan video tatkala di destinasi wisata.
|
Ilustrasi wisata di rest area jalan tol Km 456 Kota Salatiga sudah bikin bahagia (foto koleksi pribadi milik A. Rifqi Amin) |
Sudahlah, nikmati wisatanya tanpa disertai menuntut diri untuk memfoto muka di lokasi strategis lantas nanti ingin ditunjukkan pada banyak orang. Kalau pun, berfoto maupun rekam video niatkan untuk dijadikan koleksi pribadi. Tak perlu target harus "diumumkan" pada postingan ataupun status media sosial. Ingatlah, privasi tetaplah nomor satu yang menjadi harga diri setiap insan.
Makna penting yang harus digarisbawahi, pilihlah tempat wisata yang sesuai dengan diri sendiri. Sebut saja seperti jenis wisatanya cocok dengan pilihan hati, harganya ramah dengan isi kantong, dan lokasinya dekat sehingga tak menyita waktu. Enggak perlu mengikuti tren wisata yang menyeruak di medsos. Buat apa ikut-ikutan fenomena yang lagi populer hanya demi mau dianggap gaul dan kekinian?
Intinya, berwisatalah untuk membahagiakan diri sendiri bukan untuk mengalahkan maupun "membahagiakan" orang lain.
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Nak, Buat Apa Ketenaran yang Dihasilkan dari Pamer Foto dan Video Berwisata Kalau Sejatinya Hati Tak Bahagia?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com