Dolanku.com - Bahagia bukanlah perkara sederhana. Sebab, untuk bahagia butuh upaya. Tidak serta merta berdiam diri lantas tiba-tiba kebahagiaan datang begitu saja. Parahnya lagi, mengharapkan serta menggantungkan nasib secara pasrah menunggu agar "diberi" kebahagiaan oleh orang lain. Bukankah rasa bahagia semakin tambah memuaskan batin ketika dihasilkan dari suatu perjuangan dan pengorbanan dari diri sendiri?
Guna mendengarkan musik demi rileksasi saja butuh usaha. Misalnya, memilih lagu yang sesuai suasana hati. Begitu pula, supaya dapat kebahagiaan dari meminum secangkir kopi juga mesti meracik dulu. Kalaupun minuman itu dibuatkan oleh sang istri, tentunya pasangan tersebut harus dikasih nafkah. Apa mau dia membuatkan minuman kopi tatkala tak diberi uang bulanan? Pasti lama kelamaan ogah menuruti kemauan suami.
Baca juga Bahagia Bukanlah Perkara Sederhana, Inilah 7 Definisi Kebahagiaan
Sayangnya, terdapat individu yang kehilangan jati diri sehingga tidak punya standar bahagia untuk pribadinya sendiri. Justru, dia pilih ikut-ikutan standar kebahagiaan yang dimiliki orang lain. Contohnya, dia sebenarnya merasa bahagia saat bisa jalan kaki dalam jarak jauh di desanya. Namun, teman dan tetangga mencibirnya karena dianggap mempersulit diri. Alasannya, ada sepeda untuk dinaiki. Akhirnya, dia termakan omongan mereka yang berakibat enggan berjalan kaki lagi.
Senyampang enggak melanggar norma (terutama ajaran agama serta aturan hukum negara), perbuatan apapun yang bikin bahagia diri pribadi sebaiknya terus dilakukan tanpa perlu merasa bersalah ataupun terbebani. Jangan terpancing alias terpengaruhi oleh orang lain yang standar kebahagiaannya beda. Bagaimanapun, setiap individu berhak untuk bahagia dengan caranya sendiri. Siapapun tak punya wewenang mengatur-atur dan menekan hidup seseorang.
Lagian, masing-masing orang pasti memiliki pendapat/gagasan/konsep yang berbeda terkait apa-apa saja yang bisa membuat bahagia. Satu sama lain mempunyai makna dan harapan kebahagiaan yang bersifat personal. Salah satunya, disebabkan oleh kenangan di masa lalunya (pola asuh orang tua, masa pendidikan di sekolah, ingatan yang berkesan di hati, trauma, dan lain-lain). Belum lagi di kala membicarakan tentang hobi, cita-cita, impian, minat, maupun bakatnya yang turut mempengaruhi.
Ilustrasi orang yang sedang bahagia sesuai dengan standar kebahagiaan sendiri (sumber pexels.com) |
Alasan berikutnya kenapa harus punya standar kebahagiaan sendiri agar tak ikut-ikutan orang lain yaitu supaya mampu menjadi insan yang menghargai diri sendiri (punya harga diri). Orang yang tak memegang prinsip hidup dan pedoman bahagia milik sendiri, bakal berisiko direndahkan oleh manusia lain. Berakibat jiwanya gelisah ketika tak bisa berbahagia bersama-sama. Padahal, sebetulnya dia lebih nyaman dan tenang ketika dalam kesendirian.
Selanjutnya, perlu disadari bahwa tidak diterima atau dikucilkan oleh satu komunitas tertentu bukan berarti akhir dari segalanya. Toh, masih ada kumpulan/kelompok lain yang pasti cocok dengan standar kebahagiaan kita. Tinggal bagaimana ikhtiar yang diterapkan demi mendapatkan tempat alias lingkungan yang rela menerima standar kebahagiaan kita secara apa adanya. Oleh sebab itu, hindari fanatik pada lokasi tertentu maupun teman tertentu.
Lebih dari yang disebutkan di atas, tatkala mempunyai standar bahagia sendiri akan menjadikan kita sebagai insan yang bukan dari golongan pendengki (gampang iri) atau sebaliknya mudah minder (rendah diri). Mental menjadi kebal dan "terarah" pada kestabilan emosi di kala melihat kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh manusia lain. Kita tetap percaya diri dan tak tergoda untuk ikut-ikutan meraih kebahagiaan dengan cara yang sama seperti yang mereka tempuh.
Sesudah itu, hal penting lainnya di saat memegang teguh standar bahagia sendiri ialah dapat fokus pada pengembangan diri. Baik itu dengan cara menambah pengalaman, latihan, menempuh pendidikan, hingga belajar berkarya untuk produktif. Alih-alih mengejar gengsi guna menyaingi/mengalahkan standar kebahagiaan milik teman, yang terjadi malah membebaskan diri dari masalah atau persoalan hidup yang enggak penting.
Baca juga Ciri-ciri Kebahagiaan Sejati, Bukan Cuma Pura-pura Happy
Nah, itulah alasan mengapa punya standar bahagia sendiri daripada ikut-ikutan orang lain sangatlah penting untuk dijalankan. Ingatlah, setiap insan berhak bahagia meski cara yang ditempuh harus berbeda (dengan catatan tidak melanggar norma agama maupun negara) dengan orang lain.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Alasan Penting Sebaiknya Punya Standar Bahagia Sendiri, Ketimbang Ikut-ikutan Orang Lain"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com