Terbaru · Info · Kebahagiaan · Destinasi · Penginapan · Berita · Opiniku · Wisataku · Kendaraan · Wisata Religi · Privacy Policy · Daftar isi · Tentang Kami ·

5 Manfaat Menjadi Seseorang yang Merasa Dirinya Telah seperti Lansia bagi Kebahagiaan

Dolanku.com - Bahagia bisa datang bukan hanya dari pola gerak tubuh, pola makan, pola tidur, maupun pola (gaya) hidup yang menyehatkan. Melainkan, yang tak kalah penting juga bahwa kebahagiaan bisa muncul "hanya" berangkat dari mindset atau pola pikir. Tentunya kalau cara pandang yang dibangun sejak awal sudah benar, bakal mendorong pola-pola lain menjadi lebih berkualitas bagus.


Salah satu hal terkait membangun alam pikir yang bikin bahagia ialah tentang merasa diri telah seperti seorang lansia (lanjut usia). Artinya, walau umurnya masih 20 sampai 40 tahunan tetapi pola hidupnya dijalankan seperti lansia. Salah satu manfaat nyatanya yaitu menjadi manusia yang bermental/berjiwa siap dan "bersedia" sepenuh hati untuk mengalami penuaan dan kemunduran kekuatan fisik.

Baca juga 3 Cara Menghilangkan Rasa Benci dan Dendam pada Seseorang Agar Hidup Bahagia

Sebagaimana diketahui, tatkala insan mengalami proses menua justru mempunyai waktu terbaik guna mampu menikmati hidup secara optimal. Di masa pensiun tersebut bikin seseorang lebih memfokuskan diri berbahagia dengan cara berbeda dibanding saat muda. Di mana, umumnya para pemuda melakukan tindakan-tindakan ekstrim demi memperoleh kebahagiaan. Bahkan, melanggar norma-norma.


Perhatian utama para manula (manusia lanjut usia) mayoritasnya adalah ingin tertuju pada kekuatan badan yang terjaga sehat atau bugar, memiliki keluarga yang tenang tanpa gangguan, dan bisa tekun beribadah mendekat pada Tuhan. Mereka enggak mau lagi dipusingkan mengurusi hal neko-neko dan penuh risiko. Alhasil, para orang sepuh tersebut akan cenderung menghindari kompetisi serta konflik alias gesekan.


Wajar saja ketika hasil penelitian menunjukkan orang sepuh merasa lebih bahagia ketimbang orang-orang yang lebih muda. Bagaimana tak bahagia? Otak dan saraf mereka tidak dipaksa untuk bekerja keras memikirkan hal-hal yang memberatkan fisik dan jiwa. Kegiatan olahraga dan mencari hiburan pun juga dilakukan secukupnya, sesuai standar manula. Intinya, hidup dibuat simpel.


Kehilangan Bahagia Gara-gara Takut Mengalami Penuaan

Proses menua merupakan kepastian. Memang betul bahwa tidak semua orang bisa hidup sampai usia tua. Namun, setiap manusia pasti mengalami mati. Nah selain takut pada kematian, ternyata juga ada manusia yang khawatir mengalami penuaan. Ironisnya demi senantiasa tampak awet muda, segala langkah ditempuh agar tetap hidup hingga berumur panjang.


Orang yang takut mati maupun takut menjadi manusia tua membuat masa mudanya dipakai secara "sia-sia." Dia rela berkorban dan berjuang melakukan perawatan diri supaya tetap terlihat muda dan energik. Ia juga takut mengalami terserang berbagai penyakit yang menghampiri ketika sepuh. Intinya, orang seperti itu memuja dan menuhankan kemudaan tanpa peduli tentang kebahagiaan diri.

Ilustrasi sedang bahagia (sumber pexels.com)

Sebagian anak muda, kerap menemui situasi yang berujung kehilangan bahagia. Mereka menjadi pribadi yang rapuh gara-gara merasa kalah dengan orang-orang sepuh yang hidupnya lebih sejahtera. Akhirnya, mereka mengalami berbagai ketakutan tentang masa depan. Bukan cuma seputar perkara harta, tetapi juga seputar prestasi dan berbagai capaian lain yang hendak diraih.


Padahal, menikmati hidup pada saat ini tanpa membiarkan masa depan "ikut campur" mengurusinya merupakan langkah bagus mencapai kebahagiaan. Terlalu memikirkan tentang bagaimana nasib di masa mendatang membikin pikiran terbebani. Semestinya, tak perlu mengkhawatirkan sesuatu yang masih jauh dari pandangan. Biarkan masa depan memberi kejutan sehingga terjadi sebagaimana takdir-Nya.


Meraih Bahagia dengan Cara Menjadi Seseorang yang Ber-mindset Lansia

Lansia semestinya indentik dengan kematangan berpikir dan kematangan mental. Orang sepuh idealnya mampu berpikir bijaksana. Namun, hal tersebut tentu sangat berbeda dengan tingkah sok bijak alias sok inspiratif. Dengan kata lain, walaupun kelihatannya fungsi tubuh atau fisiknya menurun tapi kebahagiaan tidak demikian. Kesehatan mentalnya malah semakin lebih sempurna daripada umur remaja.


Terbukti tak sedikit jumlahnya tentang manula yang memperlihatkan penurunan rasa khawatir, stres, marah, depresi, dan cemas. Nyatanya seiring bertambah usia, potensi mengalami gangguan kesehatan mental menuju arah penurunan. Asalkan, mindset yang dibentuk sudah tepat. Salah satunya, menyadari bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Itulah cara "mengakhiri" hidup dengan positif.


Bagi sejumlah orang yang berpandangan positif tentang kehidupan, membuat mereka berpola pikir bahwa penuaan bukanlah penyakit atau patologis. Bukan pula sesuatu yang terhina, terasingkan, tersingkirkan, maupun disebut beban keluarga. Melainkan, sebuah penuaan tidak lebih dari sekadar salah satu fase hidup yang dijalani setiap manusia.


Menjadi tua tidak harus berpenyakit. Barangkali tubuh menjadi bertambah ringkih, gerakan kian melambat, respon panggilan menjadi lebih lama, dan fungsi panca indera berkurang. Akan tetapi, bukan sebuah jaminan bahwa menua pasti berujung pada penderitaan fisik. Semua perubahan tubuh itu bervariasi antara satu individu dengan individu lain. Durasi atau waktu terjadinya pun berbeda-beda.

Baca juga 5 Cara Menjadi Bahagia dalam Kesendirian

Usia hanyalah semua angka dari setiap kronologi tahapan kehidupan. Masing-masing manusia memiliki usia tubuh, usia psikologis, dan usia seksual yang berbeda. Malahan, di beberapa hal bertambah tua seorang lansia keadaannya semakin membaik. Di antara bukti-buktinya meliputi:


1. Mampu berdamai dengan diri sendiri serta menerima realitas kehidupan (realitas diri sendiri, realitas orang lain, dan realitas masyarakat).


2. Memiliki rasa syukur, sabar, pemaaf, ridho pada takdir-Nya, prasangka baik pada Tuhan, dan qonaah.


3. Simpati dan empati bertambah kuat yang dibuktikan dengan kadar kepedulian sosial menjadi tinggi.


4. Hasrat untuk menjalin hubungan lebih mendalam atau dekat dengan beberapa kerabat, tetangga, teman, dan komunitas/jamaah tertentu.


5. Daya tahan emosional yang sangat prima. Terutama terkait ketahanan mental yang tahan banting, kebal terhadap tekanan, dan berkurangnya ambisi.


Itulah sejumlah manfaat "meminjam" waktu dari masa lansia (pensiun) dipakai di kala masih muda. Jadi, mulai sekarang cobalah untuk berpola pikir dan berbahagia layaknya para lansia.





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Manfaat Menjadi Seseorang yang Merasa Dirinya Telah seperti Lansia bagi Kebahagiaan"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com