Dolanku.com - Sudah ditekankan berulang kali di sejumlah tulisan sebelumnya bahwa bahagia bukanlah perkara sederhana yang mudah didapatkan oleh manusia. Di mana, malahan guna memperoleh bahagia sebagian individu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang tak sedikit.
Logika ringannya ialah kalau memang bahagia itu gampang mengapa masih ada kejahatan, konflik, gesekan sosial, hingga rusaknya tatanan kehidupan masyarakat? Kenapa pula dokter jiwa, psikiater, psikolog, atau konselor diperlukan? Dari sini dapat disimpulkan sungguh masih ada yang menggampangkan terkait perkara kebahagiaan.
Baca juga Bahagia Bukanlah Perkara Sederhana, Inilah 7 Definisi Kebahagiaan
Salah satu pemicu hilangnya rasa bahagia dalam hati manusia yaitu salah dalam memaknai peristiwa di sekitarnya maupun kejadian yang telah dialami sendiri. Diperparah lagi, angan-angan tentang masa depan sangat muluk-muluk sehingga pribadinya penuh kecemasan tatkala nanti realitas tak sesuai dengan keinginan.
Dari sini diperoleh pelajaran untuk mendapatkan kebahagiaan diperlukan memaknai dengan benar terhadap sesuatu yang dilihat dan dirasakan. Baik itu dalam memaknai tingkah polah orang lain maupun yang dialami sendiri. Akibat yang terjadi ketika salah dalam memaknai berujung bikin stress, gelisah, khawatir, merasa bersalah (terbebani), sampai depresi berat.
Ilustrasi proses memaknai peristiwa dengan benar (Sumber gambar dari Pixabay) |
Misalnya saat mengalami perlakuan tak mengenakkan dari orang berupa acuh tak acuh tatkala disapa. Bukannya menyapa balik, justru orang yang notabene bertetangga tersebut hanya melotot saja dengan penuh tatapan intimidasi. Tentu, perilaku orang itu sungguh menjengkelkan layaknya hewan liar yang mengincar mangsa.
Demi tetap mempertahankan kewarasan (akal sehat) sehingga enggak bikin sakit jiwa, lebih bijak jangan seketika diambil hati. Asal saja, pastikan posisi dan perbuatan yang pernah dilakukan selama ini tak pernah salah. Artinya, memang orang tersebut yang punya akhlak buruk sehingga bukannya ramah bersopan santu justru bagai hewan buas.
Ambil makna secara benar mengapa orang tersebut tak sopan? Hindari langsung menyalahkan diri sendiri sehingga menderita gangguan kecemasan atau gelisah. Bisa jadi orang tersebut punya sifat iri (dengki) dan merasa terganggu lantaran posisinya (jabatan, pengaruh, dan strata sosial) khawatir tergeser.
Bahkan, lebih hina lagi orang yang tidak mau menyapa balik tersebut punya niat jahat. Contohnya, sengaja ingin mengucilkan dan memfitnah. Intinya, sejak awal memang sudah ada niatan untuk melakukan "perang terbuka". Sayangnya, bukan dilakukan melalui dialog (musyawarah) agar mengurangi kesalahpahaman justru bertindak intimidatif.
Saat telah mengetahui informasi di atas, sungguh teramat bijak di kala mampu memaknai peristiwa "tetangga cuek saat disapa" dengan tepat. Maksudnya, makna yang harus diambil dari kejadian itu adalah tak perlu gelisah menghadapi tetangga "biadab". Terpenting dia tak merusak fisik (tubuh atau rumah) bukan suatu masalah besar.
Baca juga Tips Menghadapi Tetangga yang Bikin Emosi dan Sering Bikin Keributan
Toh, masih ada tetangga yang rela menerima apa adanya dan berakhlak baik. Fokus pada tetangga yang seperti itu jauh lebih bikin bahagia ketimbang terus-menerus memikirkan tingkah laku orang yang sejak awal memang tak menyukai. Sudah dibaik-baikin (diberi hadiah dan diberi sapaan), bukannya membalas kebaikan, malah tetap berkelakuan binatang.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Bahagia itu Saat Mampu Memaknai Dengan Benar Peristiwa yang Sudah Terjadi, Bukan Terjebak pada Angan-angan Masa Depan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com