Dolanku.com - Masih banyak orang yang beranggapan bahwa bahagia merupakan perkara sederhana sehingga terkesan menggampangkan. Kalau memang seperti itu, kenapa masih banyak di muka bumi ini ditemukan orang yang sering marah atau bentuk gangguan depresi lainnya?
Ungkapan "Bahagia itu sederhana" hanyalah sebuah penghibur, penenang, atau sebagai motivasi bersifat gegabah. Padahal, orang yang menyampaikannya saat dirundung masalah belum tentu sanggup berbahagia dengan langkah sederhana. Artinya, itu cuma omong kosong.
Lebih parah lagi, banyak orang yang rela mengorbankan kebahagiaan dalam hidupnya demi membahagiakan orang lain. Rela bekerja banting tulang yang nyatanya pekerjaan itu sangat membebani jiwa, pikiran, dan tenaga.
Alih-alih bekerja dengan bahagia, justru dengan bekerja diharapkan memperoleh bahagia.
Baca juga Pilih Mana Antara Bekerja untuk Memperoleh Bahagia atau Menjadi Bahagia dengan Aktivitas Kerja?
Standar, ukuran, atau kadar tercapainya sebuah kebahagian antar individu satu dengan yang lainnya enggaklah sama. Perbedaan tersebut mestinya dihargai. Bukan malah memaksakan diri agar orang lain berbahagia menurut versi atau kriteria darinya.
Berikut ini lima definisi kebahagiaan yang bisa jadi pertimbangan untuk menjemput ketenangan jiwa:
1. Bahagia itu Berkarya
Dengan produktif dan berkarya seseorang akan merasa berharga atau berguna. Apalagi ketika hasil kreativitas tersebut diapresiasi, dipakai, dan dimanfaatkan oleh banyak orang. Tentu makin bertambah besar nilai kebahagiannya. Sayangnya, untuk mencapai tahap itu sungguh teramat sulit. Butuh proses lama dan keikhlasan dalam menjalani.
2. Bahagia itu Disayangi dengan Tulus
Di zaman modern yang penuh persaingan dan konflik seperti sekarang ini sebuah ketulusan adalah barang langka. Sangat jarang ditemukan orang yang tulus dalam menyayangi. Orang yang telah berstatus disayangi salah satu tandanya berupa diterima dan diakui keberadaannya. Nahasnya, yang terjadi justru orang sekitar mengrecoki alias memperkeruh keadaan.
3. Bahagia itu Merdeka
Kemerdekaan adalah hak setiap individu. Artinya, ketika seseorang merasa terjajah atau terintimidasi oleh siapapun sejatinya belum mencapai tahap independen. Salah satu cirinya yaitu sanggup menjadi diri sendiri tanpa takut dikomentari orang lain. Tentu, syaratnya tidak menyalahi norma sosial maupun aturan agama.
Ilustrasi sedang bahagia (sumber gambar koleksi pribadi) |
4. Bahagia itu Memberi Sesuatu yang Berkualitas
Siapa saja bisa memberi. Namun, memberi sesuatu yang berkualitas hanya mampu dilakukan oleh orang yang punya hati lapang dan memiliki harta mencukupi. Satu dua kali mungkin "bertahan" saat memberi dalam kondisi ekonomi terbatas. Akan tetapi lama kelamaan "tekor" juga. Nah, untuk mencapai kedua hal tersebut amatlah sukar.
Diperparah lagi, kini sangat jarang ditemukan orang yang mudah bersyukur. Tatkala diberi seadanya dan sesuai tingkat kemampuan pemberi, malah mereka merasa terhina. Bagi banyak orang, pemberian yang diterima harus barang yang berkualitas. Kalaupun diberi uang jumlahnya minimal mesti "pantas" untuk diletakkan pada tangan mereka.
5. Bahagia itu Mampu Mengatasi Masalah
Menemukan solusi atas masalah yang dihadapi bukan perkara sederhana. Diimbuhi sifat terburu-buru serta ambisius makin bikin sulit menemukan solusi. Bukannya masalah tuntas, akibat tergesa-gesa ingin "bahagia" lantaran berhasrat mencapai tujuan, kenyataannya persoalan bertambah rumit.
Nah, terkadang di kala menghadapi problem kehidupan beberapa orang lebih pilih fokus pada permasalahan ketimbang mencari solusi. Akhirnya, mereka terjebak untuk meratapi dan menghardik terhadap masalah yang merintangi. Kalau pun "melawan" atau mengatasi masalah, nyatanya itu dilakukan secara terburu nafsu tanpa pemikiran matang.
Baca juga Pentingnya Fokus pada Solusi untuk Kebahagiaan, Bukan Justru Terjebak Meratapi Masalah
6. Bahagia itu Berkepribadian Utuh
Tugas-tugas kehidupan pribadi yang mampu dituntaskan oleh individu merupakan salah satu kewajiban yang harus dijalankan. Menunda-nunda atau lari dari tanggung jawab terhadap apa yang dibutuhkan oleh diri sendiri berarti belum memiliki ciri berkepribadian utuh. Artinya, bisa dikatakan belum mencapai tahap kematangan alias dewasa.
Orang yang bahagia mempunyai emosi yang seimbang. Di mana guna mencapainya, otak dan hati dituntut mampu mengendalikan dan meredam hal-hal negatif yang diterima. Selain itu, untuk bahagia mesti memiliki rasa puas dalam hidup. Tak ada lagi ganjalan atau ketidakpuasan yang berakibat kehilangan rasa senang maupun gembira.
7. Bahagia itu Punya Uang
Di era digital seperti ini fungsi uang (baik fisik kertas maupun elektronik) sangat penting. Memang betul bahwa uang bukanlah syarat kebahagiaan. Namun, tanpa punya uang rasa bahagia akan sulit tercapai. Di mana, 6 poin yang disebutkan di atas juga akan sulit diwujudkan tanpa memiliki uang yang cukup.
Kalau ada orang merasa sudah bahagia walau tak punya uang mungkin hidupnya masih minta-minta keluarga, mengandalkan subsidi, transaksinya barter (bukan pakai duit), atau kehidupannya di hutan. Intinya, sebagai media jual-beli keberadaan uang sangat dibutuhkan. Hampir mustahil manusia bisa terlepas dari uang pada zaman modern ini.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Bahagia Bukanlah Perkara Sederhana, Inilah 7 Definisi Kebahagiaan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com