Dolanku.com - Kebahagiaan bagi sebagian orang memang bukan barang mahal. Namun, bukan berarti untuk memperoleh rasa bahagia itu gampang. Sebab, berbahagia bukanlah perkara sederhana. Di mana, orang yang tampak senyum dan tertawa belum tentu hatinya bahagia.
Terlebih di era digital seperti sekarang ini. Sebuah kebahagiaan terasa sangat menyulitkan. Salah satunya disebabkan tambah marak konten, status, atau postingan di media sosial. Baik itu dilakukan oleh keluarga, teman dekat, atau malahan orang yang tak dikenal sama sekali.
Asumsinya bagi sebagian pengguna, memanfaatkan media sosial bukan cuma untuk hiburan. Melainkan sebagai sarana promosi bisnis, urusan pekerjaan, ingin mendapat informasi penting, atau hal-hal lain yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan.
Baca juga Bahagia Bukanlah Perkara Sederhana, Inilah 7 Definisi Kebahagiaan
Alih-alih media sosial mampu mendatangkan kebahagiaan, malah setiap kali membuka konten tertentu bikin hati jengkel. Baik itu berbentuk tulisan, gambar, foto, hingga video. Intinya, walau kadang bikin ketagihan nyatanya medsos juga sanggup merusak suasana hati.
Nah, agar bisa bahagia saat di media sosial serta tetap memperoleh manfaat banyak darinya, berikut ini cara-cara yang mesti ditempuh:
1. Hindari Berita Tentang Politik dan Gosip Selebritis
Pada beranda media sosial seperti YouTube, Facebook, Twitter, dan lain sebagainya enggak jarang berseliweran kabar tentang politik, gosip, dan kriminalitas sadis. Semua itu hanya merusak kewarasan otak di kala beraktivitas. Apalagi saat melihat atau membacanya di pagi hari buta.
Kalau sifatnya memberikan informasi "secukupknya" sehingga menambah wawasan tentu bukanlah masalah. Dengan itu, justru menjadi sedikit melek tentang politik maupun kisah perjalanan kehidupan orang lain. Namun, enggak boleh sampai ketagihan apalagi ikut-ikutan "main hakim" di medsos.
2. Diam
Hindari ikut campur urusan orang lain. Lebih baik diam seribu bahasa sambil memantau perkembangan. Ketimbang sok pintar dan komentar "asal bunyi" yang memalukan pribadi serta malah terancam hukuman pidana.
Kalau memang tangannya teramat gatal ingin merespon, lebih baik mengajukan "komentar" berupa pertanyaan. Tentu harus disertai "kata tanya" lantas diakhiri dengan simbol "tanda tanya". Maksudnya, bukan menuduh tapi bertanya.
Sebagai wujud apresiasi dan bentuk kepedulian, sudah teramat cukup memberi "like" pada akun pemosting. Daripada memberi komentar sok bijak tapi berisiko disalahpahami oleh orang lain. Bagaimana pun, diam adalah emas. Akan tetapi, berbicara baik dan bermutu merupakan intan berlian.
3. Sadari bahwa Internet Penuh Kepalsuan
Apa yang nampak di dunia maya belum tentu sama seperti di dunia nyata. Baik itu karena memang benar-benar "penipuan" (kamuflase) atau lantaran "kebenaran" hanya diperoleh sepotong sehingga maknanya menjadi beda. Artinya, terlihat bahagia di internet belum tentu sesuai dengan realita.
Selebritis atau orang populer yang namanya melambung disebabkan aktif bikin konten menarik di media sosial tampak layak untuk dijadikan idola, contoh, atau figur kiblat. Tidak sekadar ditiru terkait fashion atau gaya hidup lainnya. Melainkan pula, tutur kata "latah" juga diikuti penuh kebanggaan.
|
Akun media sosial (Sumber gambar koleksi pribadi) |
4. Pahami Pengguna Internet Punya Misi Pribadi
Medsos bisa dijadikan ajang mencari jodoh, mendapatkan pekerjaan, memperoleh bahan gosip dengan sesama penggosip, sampai popularitas. Tujuan masing-masing setiap individu tersebut juga harus diakui dan dipahami. Dilarang egois sehingga merasa diri harus diutamakan.
Parahnya, ada pula para penipu maupun penjual "diri" yang tak segan beraksi di media sosial. Alhasil, ketika mereka berhasil memperdayai tentu bikin hati kehilangan rasa bahagia. Maunya untung yang ada justru buntung. Maunya mengeruk uang di medsos kenyataannya rugi finansial.
5. Tuntaskan Trauma di Media Sosial
Perasaan trauma akibat penggunaan medsos barangkali jarang disadari oleh banyak kalangan. Entah memang jiwanya tak peduli luka di batin, atau sengaja menyembunyikan kepedihan yang didapati dari medsos. Bahkan, mental yang tertekan bikin malas sekali untuk membuka media sosial.
Grup atau komunitas tertentu pada media sosial kalau sudah berisiko traumatis sebaiknya harus keluar. Pilih bertahan menjadi anggotanya tapi setiap kali membukanya kejengkelan tiba, sama saja dengan tak menghargai diri sendiri. Bagaimanapun, harga diri harus tetap dijunjung tinggi kendati itu di medsos.
Menyelesaikan trauma di media sosial bukan dengan cara klasifikasi maupun unjuk diri. Kalau memang ingin unjuk diri, disarankan "pamerkan" capaian/prestasi lewat foto profil. Solusi lainnya, blokir pertemanan dengan akun-akun medsos yang menguras kesabaran. Jadilah penikmat medsos, bukan dinikmati oleh penggunanya
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Cara Memperoleh Kebahagiaan di Media Sosial"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com