Dolanku.com - Perjalananku dari Kota Malang menuju daerah Kecamatan Wates Kabupaten Kediri secara jarak memang sangat jauh ketika pilih melewati Surabaya. Berhubung aku penasaran bagaimana perkembangan bus jalur itu terkait waktu tempuh dan tingkat kenyamanan serta ada alasan lainnya, kuputuskan lewat Surabaya saja.
Biasanya saat aku bepergian ke Kediri di kala ingin naik bis selalu melalui Kota Batu, Pujon, Kasembon, dan Kandangan. Dulu bis di trayek tersebut dimiliki PO Puspa Indah. Sekarang ini, pemegangnya yaitu PO Bagong. Di mana, semua busnya berukuran tanggung atau disebut 3/4.
Tanpa perlu diceritakan lagi, sudah banyak penumpang yang tahu seperti apa pelayanan dan kualitas busnya. Sebagai penguasa satu-satunya alias memonopoli, seolah perusahaan otobus hanya "bermain-main". Padahal, kalau digarap serius dan awak bus "didisiplinkan" potensi penghasilan bisa lebih besar lagi.
Baca juga 7 Kelemahan Naik Bus 3/4 Ukuran Tanggung
Untuk bis ukuran 3/4 jurusan Surabaya ke Blitar sebenarnya masih jauh lebih layak dibanding bus ukuran tanggung di trayek lain. Sayangnya, terkait kecepatan (laju) bus tidak mampu gesit. Bahkan, tatkala melintasi jalan tol yang bebas kemacetan pun gerakannya lamban. Enggak selincah bis ukuran besar.
Adapun tentang kualitas jok (tempat duduk), lantai kabin, AC (pendingin udara), kebersihan kaca jendela, TV, sound, dan beberapa komponen lain di dalam bus bisa dibilang tergolong layak atau cukup bagus. Sedangkan, masalah ongkos nyatanya juga sama dengan bus besar. Artinya, walau kalah cepat nyatanya tetap berani menarik harga sama.
Video daftar tarif bus non ekonomi (patas) trayek Surabaya-Blitar via Pare
Kelebihan lain dari bus ukuran 3/4 trayek Surabaya ke Blitar Via Pare adalah pergerakan di jalan sempit dan macet lumayan lincah. Tentunya, hal tersebut membuat penumpang termanjakan. Baik saat naik atau pun turun bus di pinggir jalan raya, tak bikin sopir kesusahan mencari posisi bis yang aman dan nyaman.
Mirisnya, bus tanggung jurusan Surabaya-Blitar kerap berhenti di titik lokasi tertentu. Bukan cuma terminal, di halte-halte resmi maupun bayangan juga terkadang berhenti dalam tempo panjang. Maksudnya yaitu ngetem bukan dengan waktu yang sebentar. Selain sopir dan kondektur istirahat makan, juga sepertinya sedang "mencari" penumpang.
Malah, para pedagang asongan sangat begitu leluasa menawarkan jualannya. Terlebih para pengamen, ikut serta pula membawakan beberapa lagu. Intinya, durasi berhenti dapat bikin para penumpang merasa bosan lantaran menunggu kapan bus berjalan. Sebab, di dalam benak mereka bus yang berjalan menandakan "pergerakan".
Itulah pengalamanku pribadi saat menaiki bus ukuran tanggung jurusan Surabaya ke Blitar. Semoga bisa menjadi pertimbangan kalian sebelum memutuskan naik bis ukuran tersebut. Sebab, di jalur yang sama masih terdapat pilihan bus lain yang berukuran besar.
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pengalaman Pribadi Naik Bus Ukuran 3/4 Jurusan Surabaya ke Blitar Via Pare"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com