Dolanku.com - Menulis puisi menurut sebagian orang dikatakan sebagai perbuatan buang-buang waktu. Puisi menurut mereka hanya bait-bait tulisan yang kosong. Dibaca tidak berakibat kenyang. Apalagi menulisnya, cuma bikin pusing pikiran. Ditambah, nyatanya tak ada saluran untuk mempublikasikannya.
Padahal dalam kajian tentang memelihara kesehatan mental, tak ada satupun kegiatan yang boleh disebut sia-sia ketika itu sanggup bikin bahagia dan nyaman. Sebab dalam sudut pandang pencipta dan penyukanya, justru menikmati puisi bisa menjadi terapi bagi kesehatan mental.
Seperti halnya orang yang duduk minum kopi sambil bercengkrama bersama, bukankah itu bagi kalangan tertentu disebut juga dengan perbuatan tiada guna? Oleh sebab itu apapun aktivitas yang dijalankan, senyampang menyehatkan jiwa dilarang keras menghinanya.
Perlu juga diketahui bahwa menulis puisi bukan sekadar untuk menyalurkan curahan hati (curhat). Tidak pula sebagai gambaran tentang isi hati pembuatnya. Tak melulu tentang bentuk mengekspresikan diri dalam sebuah tulisan. Lebih dari itu, puisi sebagai terapi pemulihan suasana buruk dalam hati.
Menulis puisi mampu menjadi sarana membuang energi-energi negatif dalam diri. Di antaranya amarah, galau, gelisah, takut, cemas, atau semacamnya dapat diluapkan ke dalam kata-kata yang disebut sebagai puisi. Di mana, puisi bisa menjadi bungkus atau pelindung bagi pembuatnya.
Puisi yang dibuat secara tak sembarangan, tentu menuntut penulisnya harus cerdas dalam menganalisis atau mengidentifikasi secara mendalam apa saja yang perlu disampaikan. Alhasil setelah membaca ulang dan merevisinya, membuat penulis jadi lebih jernih dalam memandang masalah yang dihadapi.
Alih-alih sembrono serta tergesa-gesa bertindak untuk segera memenuhi gejolak isi hati, malah dengan menulis puisi menjadikan seseorang sebagai manusia bijak. Tak buru-buru dalam memutuskan, apakah pilihan yang sudah ditetapkan akan dilakukan atau tidak.
Kebingungan dan keraguan yang tak segera diatasi kerap berujung pada stres hingga depresi. Terus-menerus membiarkan keadaan tersebut bakal berbahaya. Nah dengan menulis puisi lalu mempublikasikan, setidaknya membawa kelegaan dalam hati.
Puisi merupakan cara terbaik untuk meluapkan suara hati. Menulis puisi menjadi cara santun dalam menegur, menyindir, mengungkapkan perasaan cinta, meluruskan perkara, atau hal-hal lain yang sulit diungkapkan dalam sebuah komunikasi lisan.
Puisi menjadi salah satu media melepaskan beban di batin agar perasaan menjadi lebih lega. Tanpa perlu berbohong alias menutup-nutupi. Dengan begitu, gangguan di pikiran yang menyulitkan berkonsentrasi segera bisa berkurang sampai bisa sirna sepenuhnya.
Manfaat menulis puisi selanjutnya yaitu meningkatkan daya kreativitas. Di mana, merangkai kata penuh kejujuran tanpa disertai rasa takut lunturnya harga diri. Bagaimanapun, penulis puisi akan selalu selamat citranya. Tentu, selama apa yang disampaikannya itu dibalut dalam sebuah bungkus bernama puisi.
Berpuisi sebagai terapi, bukanlah omong kosong. Apalagi bagi orang-orang yang enggan untuk membicarakan langsung pada manusia. Serta, kalangan tertentu yang pesimis mampu menuliskan kisah-kisah kegundahan hati dalam bentuk tulisan panjang seperti cerpen dan novel.
Berpuisi sangat cocok diterapkan oleh orang yang sedang patah hati atau sebaliknya "tenggelam" dalam urusan cinta, merasa takut (cemas), serta sedang marah. Tetap memilih menahan seluruh gejolak tersebut berisiko meledak sewaktu-waktu yang berakibat menimbulkan "kerusakan" lebih besar.
Enggak usah didengar kata-kata siapa saja yang mengatakan penulis puisi itu orangnya lebay, sok puitis, atau enggak punya teman curhat. Buatlah puisi bukan untuk menyenangkan semua orang. Akan tetapi, tulislah puisi setidaknya demi bisa membahagiakan diri sendiri. Serta, kalau mungkin sanggup "menyentuh" hati seseorang yang dituju.
|
Potongan puisi berjudul "Hutan Hijau" karya A. Rifqi Amin di situs Banjirembun.com |
Puisi yang berkualitas dan diterima banyak orang, tidaklah dibuat asal-asalan. Melainkan dilakukan penuh pemikiran serta pertimbangan. Membutuhkan pemilihan kata-kata yang tepat dan penyusunan kalimat yang epik. Itu semua, tentunya butuh kecerdasan linguistik-verbal yang menguras fungsi kognitifk di otak.
Kesimpulannya, puisi memiliki manfaat banyak. Terutama sebagai alat terapi guna melampiaskan apa-apa yang terpendam di tubuh individu. Lebih spesifik, menulis puisi adalah langkah sederhana dalam merawat kewarasan jiwa dengan cara menjadi diri sendiri.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Manfaat Menulis Puisi untuk Terapi Kesehatan Mental"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com