Dolanku.com - Sebagian dari tempat wisata yang terbuka, tanpa pengawasan khusus dari pengelola secara serius dan profesional, sangat rawan menjadi pusat penularan rabies. Terutama kawasan yang banyak anjing liar maupun peliharaan yang terlepas bebas.
Bahkan, sebelum tiba di tempat tujuan pun (ketika di tengah perjalanan) seseorang barangkali tetap berisiko tertular rabies oleh gigitan anjing yang terlepas bebas. Misalnya, di titik keberangkatan (jemput) maupun penurunan (tiba) pada transportasi umum yang tak resmi alias ilegal.
Baca juga: Ciri-ciri Anjing Terkena Rabies
Jangankan peduli pada kesehatan hewan anjing yang berkeliaraan, kebersihan di lokasi yang banyak dijadikan tempat berkumpul itu juga tak terjaga. Sampah berserakan bikin binatang seperti anjing tanpa pemilik gemar berkumpul demi mengais sisa makanan.
Perlu ditekankan bahwa tulisan ini bukan bermaksud hendak mendiskriminasikan atau mendiskreditkan anjing. Faktanya, memang 98% lebih kasus rabies pada hewan terjadi pada anjing.
Tentu pula, tingkat penularan terbesar penyakit rabies dari hewan ke manusia juga didominasi oleh anjing. Artinya, di antara sejumlah hewan "pembawa" rabies sangat pantas untuk mewaspadai anjing.
Sejauh ini bukan suatu hal yang berlebihan saat melihat anjing, utamanya yang liar dan tak terawat, sebaiknya dijahui. Baik itu sedang di perjalanan maupun di lokasi wisata yang terbuka. Contohnya pantai minim penjagaan, perkotaan yang banyak anjing, hingga pedesaan yang populasi anjingnya membludak.
Salah satu daerah di Indonesia yang dinyatakan perlu diwaspadai adanya kasus rabies adalah Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Di mana, setidaknya ada 14 desa dari 78 kelurahan/desa yang termasuk bagian dari zona rawan rabies. Di sana, banyak anjing liar tak terawat.
Di Karangasem jumlah anjing seenggaknya ada 74.105 ekor. Nahasnya, 80% dari populasi tersebut merupakan kategori anjing dilepasliarkan oleh tuannya. Serta, sebagian berikutnya memang betul-betul tanpa ada yang mempunyai.
Kemudian, terdapat kabupaten Jembrana yang ikut pantauan radar kasus rabies tertinggi di Bali. Di sana, ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa rabies. Alasannya, ada peristiwa penularan rabies dari hewan ke manusia yang besar. Bahkan, di antaranya menyebabkan kematian akibat gigitan anjing rabies.
Daerah wisata di Bali yang rawan beredarnya anjing yaitu di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK), sekitaran Kuta yaitu Kuta Utara maupun Kuta Selatan (terutama di desa Ungasan) tentunya pantai Kuta termasuk pula butuh kehati-hatian tersendiri, dan lain-lain.
Kendati demikian, patut diapresiasi bahwa petugas di beberapa daerah maupun destinasi wisata di Bali sudah melakukan vaksinasi terhadap anjing. Ditambahi dengan pengendalian populasi anjing supaya enggak makin besar jumlahnya.
Baca juga: Gejala-gejala Penyakit Rabies pada Manusia yang Tingkat Kematiannya 99% Lebih
Tidak cuma di wilayah yang mayoritas non Muslim. Potensi gangguan sampai gigitan anjing juga mungkin bisa terjadi di perkotaan besar di Indonesia. Penyebabnya, salah satunya ada penampungan anjing milik pribadi atau komunitas yang menyalahi aturan.
Parahnya, tempat di atas sebagai wadah pengepul mengumpulkan anjing. Tujuannya, bukan untuk diselamatkan dan "diamankan" agar tidak mengganggu kenyamanan publik. Melainkan dijual dagingnya untuk dikonsumsi para pembeli. Nah, seandainya 1 atau 2 ekor anjing itu terlepas bagaimana?
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Hati-hati Saat Berwisata Tanpa Pengelolaan Profesional, Bisa Terancam Kena Rabies"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com