Modus penipuan di tempat wisata sangat mungkin terjadi. Akan tetapi itu jangan menyurutkan niat untuk traveling. Sebab, tak semua orang jadi penipu. Meski demikian, bukan berarti kamu tak perlu waspada. Jangan malas mencari tahu.
www.DolanKu.com
Sebelum berwisata, pastikan wawasan dan pengetahuan kamu tentang lokasi tujuan sudah mumpuni. Tak cuma terkait kerawanan terhadap rasa aman, selamat, dan nyaman. Melainkan pula risiko kerugian finansial akibat kena tipu.
Berikut 5 jenis, bentuk, atau pola penipuan di tempat wisata.
1. Informasi Palsu/Menyesatkan
Tatkala ada orang yang tiba-tiba memberi informasi pada kamu saat mau menuju destinasi wisata tertentu jangan langsung percaya. Tempat wisata adalah salah satu pusat kegiatan ekonomi. Sebagian oknum memanfaatkan hal itu.
Misalnya memberi info "Lokasi wisata itu masih ditutup!" Lantas ia menawarkan berkunjung ke beberapa titik hiburan lain yang tak terkenal. Tentu ada biaya lebih yang harus dibayar. Serta, cuma bikin kesal karena buang-buang waktu.
Contoh lain yaitu ada penyedia jasa transportasi yang mengatakan "Lokasinya jauh, mending naik becak/ojek/taxi daripada capek". Padahal tak terlalu jauh. Serta sopir travel yang menyesatkan untuk belanja di toko tertentu. Padahal mereka bersekongkol.
2. Merusak Sepeda Motor dan Mobil Sewaan
Bagi kamu yang suka mobilitas lincah dan leluasa tentu menyewa sepeda motor jadi pilihan primadona. Sayangnya, tak semua penyedia jasa persewaan tersebut punya kejujuran. Ada mafia yang berperan di balik mereka.
Saat sepeda motor di parkir atau jauh dari pandangan, para penipu biasanya menyuruh komplotan untuk merusak, melecetkan, atau malah mencuri sepeda motor itu. Tentu kamu bakal dikenai ganti rugi yang dilipatkan dendanya.
Kadang juga kelecetan atau kerusakan itu sudah ada sebelumnya. Akan tetapi pihak mereka menuduh si penyewa yang merusaknya. Biasanya modus yang dilakukan mereka yaitu memasang tarif murah dalam menjajakan jasanya.
3. Membayar Sesuatu yang Tak Dibutuhkan
Saat berwisata atau berkunjung ke tempat asing senantiasa bawa uang pecah dan recehan. Guna mengantisipasi jenis penipuan yang sering dilakukan pedagang maupun penyedia jasa transportasi. Beralasan tak punya uang kecil kembalian.
Contohnya pedagang keliling atau kaki lima yang mengaku tidak punya uang kecil untuk kembalian. Padahal itu hanya akal-akal, guna pembeli mau membayar dagangan lain daripada sulit mencari uang kembalian.
Begitu pula dengan sopir taxi yang rute atau jalur perjalanan melenceng (berputar-putar) jauh supaya angka argo meternya makin besar. Kadang pula sopir tidak mau memberi uang kembalian yang cukup besar dengan alasan order pertama.
4. Penukaran Uang
Tempat penukaran tidak resmi biasanya tercecer di mana-mana pada suatu wilayah negara yang jadi pusat wisata internasional. Dari pada menghadapi risiko kerugian, lebih baik tukarkan mata uang negara tujuan sedari di Indonesia.
Taktik licik layanan penukaran uang sangat beragam. Mulai dari memakai uang palsu demi bisa mengintimidasi wisatan penukar, menyelipkan uang yang telah diterima di laci sebelum dihitung, sampai nilai tukar yang tak wajar.
5. Calo Tiket
Tiket konser, arena wisata, olah raga, maupun transportasi seharusnya bisa didapat secara resmi dengan harga standar. Sayangnya, grombolan calo (penjual ilegal) seringkali bekerja sama dengan petugas yang berkewajiban menjual tiket di loket.
Ketika calon pembeli hendak menuju loket, sedang kereta segera akan berangkat, di kaca tertulis "Tiket Habis". Kemudian ada calo/makelar menghampiri menawarkan tiket. Bak seperti pahlawan datang memberi solusi kebuntuan.
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Jenis Penipuan di Tempat Wisata Luar Negeri yang Patut Diwaspadai"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com