Setiap manusia pasti pernah melakukan traveling. Apapun tujuannya. Entah untuk wisata, safari religi, pekerjaan, mudik, atau yang lainnya. Akan tetapi masing-masing punya frekuensi atau kerutinan berbeda dalam melakukan perjalanan.
Sayangnya, seringkali traveling jarak jauh bagi orang awam kerap diidentikkan dengan wisata. Padahal tak selalu demikian. Meskipun menyempatkan berwisata tapi tujuan utama bepergian tersebut untuk misi lain. Misalnya ziarah wali.
Ada saja orang yang risih dan iri tatkala melihat dokumentasi kegiatan traveling. Di mana, foto dan video itu diposting di stasus media sosial. Apalagi lokasinya di luar pulau. Menginap di hotel berbintang serta berwisata di tempat mahal.
Sikap di atas tak akan terjadi ketika pribadinya sadar betul bahwa untuk bahagia tak harus traveling jauh. Jalan-jalan di sekitar kota tempat tinggal sudah cukup. Dari pada dengki pada kebahagian orang lain, lebih baik bahagiakan diri.
Segera sadari, bahwa hampir dipastikan seluruh tempat rekreasi atau tujuan yang bikin hati adem di sekitar kota tinggal belum semua dijamah. Buat apa pergi jauh-jauh tapi destinasi wisata di kota tetangga belum benar-benar tahu.
Sebaliknya, tak perlu minder dan rendah diri saat belum bisa traveling wisata jauh. Kebutuhan traveling itu beda-beda. Jangan samakan diri kamu dengan orang lain. Pakailah standar kebutuhan traveling diri sendiri supaya bahagia.
Pelesiran memang bikin gembira. Namun, ketika tujuannya cuma untuk pamer bukan untuk merefresh otak bakal banyak ruginya. Berarti jiwa orang tersebut sedang mengalami gangguan. Dia baru bahagia kalau bisa mengalahkan teman.
|
Ilustrasi foto traveling yang provokatif di media sosial (sumber gambar) |
Bila ada yang iri dengan foto traveling di media sosial maka ada yang salah dengan pemahaman orang tersebut. Ia memaknai sebuah gambar sesimpel itu. Padahal apa yang di baliknya belum tentu sesuai dengan pemikiran yang melihat.
Setiap manusia punya masalah kehidupan masing-masing. Di dalam tampilan foto terlihat memukau dan bikin kagum, tapi belum tentu di hatinya. Seandainya masalah mereka ditimpakan pada orang yang iri barangkali bakal bikin depresi.
Setiap kebahagiaan pasti meminta tumbal atau pengorbanan. Seperti kata pepatah "tidak ada makan siang gratis". Boleh jadi di balik itu, di masa lalunya dipenuhi dengan tangis darah. Serta hal-hal perih lain yang mungkin akan dialami.
Prioritas hidup manusia tidak sama. Dua orang yang memiliki kondisi ekonomi mirip tapi mekanisme pengaturan pengeluarannya beda. Ada yang lebih memprioritaskan kebahagiaan diri. Terdapat pula yang suka investasi.
Baca: Berwisata Bukan untuk Gaya Hidup, Tapi Demi Memperbaiki Kualitas Hidup
Bisa jadi, orang tersebut jalan-jalan karena urusan kerja. Malah mungkin saja pekerjaannya sebagai YouTuber traveler atau travel Blogger. Kalau memang seperti itu, apa yang harus diirikan. Sebab, itu merupakan bagian dari hidup pelakunya.
Makna sejati traveling bukanlah sebagus apa tampilan foto yang dipamerkan. Seberapa jauh, keren, mahal, dan mewah lokasinya. Melainkan sebanyak apa pengalaman berharga yang ditemukan saat traveling. Itu kudu jadi kunci utama.
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Tak Perlu Risih dan Iri Mengetahui Teman Traveling Wisata Jauh"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com