Manusia adalah makhluk hidup paling dinamis. Mereka mampu berpindah tempat dan menetap lama di satu daerah di mana pun itu. Walau cuaca dan keadaan alamnya berbeda jauh dengan tempat asal hidup dan tanah lahirnya.
Berbeda dengan hewan yang perpindahannya memiliki pola jelas. Misalnya melakukan migrasi musiman. Lokasi asal dan tujuan selalu tetap. Sedangkan dalam sejarah manusia, semakin peradaban maju semakin dinamis pergerakannya.
Pengembaraan manusia tidak lagi hanya tujuan perdagangan. Apabila menilik sejarah masa lalu, kamu pasti pernah dengar istilah jalur sutera. Adapun bagi yang beragama Islam, kamu pernah paham kebiasaan berniaga suku Quraisy.
Tak hanya melintasi daratan. Leluhur manusia di zaman dulu untuk menjelajahi bumi juga ada yang menggunakan perahu dan kapal. Tujuannya selain misi berdagang yaitu untuk membuka lahan baru. Menjadi tempat tinggal baru.
Kini manusia melakukan perjalanan jauh memiliki tujuan yang makin melebar. Tidak cuma demi urusan politik dan kekuasaan. Lebih dari itu mereka merantau untuk bertahan hidup. Supaya mendapat pekerjaan layak.
Ada pula yang bertujuan tak ada dugaan sebelumnya. Sebab yang melakukan kebiasaan ini biasanya orang-orang berduit dan punya tekat. Yakni, melakukan perjalanan wisata. Menikmati indahnya alam dan kreasi manusia.
Mereka traveling kadang butuh menginap beberapa hari. Malah mungkin ada yang berbulan-bulan. Serta bagi sebagian kecil ada yang menyewa pulau. Untuk dinikmati sendiri sampai puas. Dijadikan tempat hiburan di kala penat.
Secara bawaan, manusia bukanlah makhluk hidup yang bisa tetap tinggal di satu tempat terus-menerus. Apalagi bagi mereka yang haus akan ilmu pengetahuan, penyuka wisata, dan ingin meluaskan daerah bisnis maupun kekuasaan.
Ilmu pengetahuan, politik, dan perniagaan tak akan berkembang pesat seperti ini tanpa adanya perjalanan. Sampai kapanpun untuk belajar (terutama ilmu agama) diperlukan tatap muka. Tak bisa mengandalkan internet.
Guru yang ingin dijadikan sumber ilmu lokasinya tak pula yang berdekatan. Untuk mendalami dan mengembangkan ilmu tertentu, barang tentu harus menemui guru di tempat lain. Agar dapat pengalaman dan sudut pandang berbeda.
Jangan Malas Gerak, Travelinglah!
Mager atau malas gerak menjadi kebiasaan buruk anak muda zaman sekarang. Jangan cuma suka melihat orang jalan-jalan tapi malas membuat pengalaman sendiri. Hidup ini tak melulu di rumah, sekolah, kampus, tempat kerja, dan kota yang sama.
Ilustrasi generasi muda yang mager (sumber gambar) |
Sungguh aneh mengaku cinta Indonesia tetapi nyatanya tak tahu bagaimana Indonesia. Di pikirannya hanya luar negeri yang paling keren, berkelas, dan bergengsi. Sesekali kelilinglah Indonesia. Dijamin bakal ketagihan.
Perjalanan akan membuat orang dapat membuka mata lebar-lebar. Membikin sadar akan kebenaran dan kenyataan. Ternyata lebih eksotis, memukau, dan menarik daripada tampilan di layar TV dan tayangan internet.
Jangan mengaku menjadi manusia yang utuh ketika belum jalan-jalan jauh. Sisi kemanusiaan dan jati diri bakal ditemui tatkala orang melakukan perjalanan jauh. Ke tempat baru yang belum pernah disinggahi sebelumnya.
Tak elok fanatik pada daerah dan tempat kelahiran sendiri. Memandang kotanya paling ideal untuk hidup. Kenali adat, bahasa daerah, atau kehidupan di wilayah lain. Di sana akan mendapat semangat hidup baru beserta tantangannya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Meneladani Perjalanan Jauh Leluhur Manusia, Travelinglah! Jangan Mager"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com