Aku orangnya mudah bosan. Terlalu lama, sering, atau terus-terusan menikmati pada satu hal maupun tempat bikin cepat bosan. Aku sangat senang sekali suasana baru. Entah itu ramai atau sepi. Rasanya bergairah sekali untuk mengeksplorasi.
Sejak kecil aku sudah punya angan-angan untuk menjelajah sejumlah pegunungan serta pantai. Makanya cita-citaku dulu ingin jadi tentara. Dibenakku kehidupan tentara itu penuh tantangan. Menjelajah dan bertahan hidup di hutan.
Harapan tinggal harapan. Hobi tinggallah hobi. Duniaku yang suka traveling dari kecil sampai dewasa awal (usia 25 tahunan) lebih banyak ditahan. Aku seakan tidak hidup seperti apa adanya aku. Aku tidak menjadi diri sendiri.
Saat remaja aku orang yang cukup pendiam. Bila punya keinginan seringkali dipendam. Lebih-lebih keinginan itu sulit dan tentunya butuh uang banyak. Ditambah saat itu, bagiku melakukan perjalanan butuh biaya besar.
Sekarang aku tahu ternyata untuk jalan-jalan tak melulu harus keluar uang banyak. Asal tahu triknya maka ongkos dapat ditekan lebih dari separuh pada umumnya. Tinggal pintar-pintarnya saja mencari triknya.
Di sisi lain aku orangnya tak betah berlama-lama duduk di ruangan. Aku tak cocok kerja di dalam bilik-bilik kantor. Bahkan di ruangan yang besar pun belum tentu nyaman. Hidupku digariskan menyatu dengan pemandangan alam.
Hingga tiba sudah dewasa. Aku baru sadar dan merasakan sendiri bahwa melakukan perjalanan itu sungguh nikmat. Walau hanya melakukan perjalanan tanpa perlu mampir-mampir sudah buat hati senang.
Ada suatu kejadian yang membuatku jadi ketagihan untuk traveling. Padahal awalnya aku paranoid jalan-jalan. Takut celaka, kena musibah, uang jadi habis, terlunta-lunta, dan ketakutan lainnya yang membuat aku mengurungkan niat.
Setelah aku merasakan naik pesawat terbang pertama kali. Setelah aku merasakan menginap di hotel bintang 3 pertama. Setelah aku melakukan perjalanan naik bus umum ukuran besar pertama kali. Semua jadi berubah.
Semua kejadian itu terjadi begitu saja. Seakan Tuhan sudah mewajibkan padaku untuk melakukan itu. Aku "dipaksa" untuk mengeluarkan uang beli tiket. Aku dipaksa untuk menikmati hotel secara gratis yang waktu itu bagiku mewah.
Kini aku sudah sering naik pesawat, menginap di hotel berbintang, naik bus AKAP, kereta api semua kelas, dan lain-lain. Aku dulu tak pernah membayangkannya. Semua berawal dari keterpaksaan yang terjadi beruntun dan berdekatan.
Memang betul petuah orang tua. Untuk memulai sesuatu harus dipaksa dulu. Ragu-ragu membuat kita tak akan jalan. Baru setelah tahu rasanya dan menilai dapat memilih untuk berhenti atau melanjutkan.
Perjalanan jauh sudah biasa aku lakukan. Menggunakan aplikasi Google Maps, aplikasi pesan tiket, dan aplikasi booking hotel. Itu yang membuatku jadi terbiasa. Padahal awalnya aku pelit untuk mengeluarkan uang.
Kini untuk traveling aku tak segan-segan berkorban uang. Terutama untuk tempat-tempat baru. Bisa juga tempat lama tapi keadaan atau suasananya baru. Kemudian, tinggal akunya bagaimana pintar-pintarnya cari uang sebanyaknya.
Tulisan milik *Dolanku* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Aku Dulu Takut Traveling, Setelah "Dipaksa" Jadi Ketagihan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di Dolanku.com